***** PAGUYUBAN KELUARGA BESAR PARA PRAJURIT TNI-POLRI PONDOK AFI - SATU HATI SA SATU JIWA SATU KORSA *****

Senin, 14 Agustus 2017

Mau dibawa kemana Bangsa ini? (Renungan Hari Kemerdekaan RI)


       Tidak terasa Tanah Air tercinta kita ini sudah memasuki umur ke-72 tahun! Cukup tua untuk sebuah peradaban yang bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ? Ya, cukup tua untuk negara “berkembang”. Di tahun ke 72 ini, selebrasi atas penghargaan pahlawan-pahlawan yang telah berjuang dan gugur di medan perang dilakukan melalui berbagai macam pelaksanaan, mulai dari acara formal seperti upacara pengibaran bendera, lomba-lomba tingkat daerah, nasional, internasional hingga kegiatan-kegiatan yang mengadu kreativitas. Semua bentuk selebrasi macam itu diidentikkan dengan ke-khidmatan yang merefleksikan rasa nasionalisme. Tapi, sejauh manakah ukuran ke-khidmatan dalam merenungkan arti “Hari Kemerdekaan”, YEP!ers ? Apa hanya dengan ikut upacara bendera, mengibarkan bendera di halaman rumah, dan membayangkan perjuangan pahlawan-pahlawan terhormat yang telah gugur saja cukup untuk menjadi motivasi YEP!ers untuk menjadi anak bangsa berjiwa “nasionalis” dari negara yang memiliki jutaan kekayaan alam ini?
        Ambil cermin hati dan berkacalah, pertanyaan besarnya adalah “Apakah Bangsa ini sudah benar-benar Merdeka?” Untuk saya, ini adalah pertanyaan tahunan yang selalu membuat saja menggelengkan kepala. Pertanyaan kecilnya, “Merdeka itu apa?” pertanyaan yang selalu saya ulang ketika melihat secara langsung maupun dari berita tentang pelanggaran HAM yang terjadi di sekitar kita. Negara ini sudah beberapa kali berganti orde, “menyicip” rezim di tiap eranya. Kita mundur kebelakang dari awal tahun hingga detik ini, ada puluh ribuan kasus yang merugikan hak-hak rakyat maupun Negara Indonesia sendiri. Kita lihat dari segi perekononomian negara, ratusan bahkan ribuan kasus korupsi yang dilakukan badan-badan pemerintahan hingga perusahaan-perusahaan swasta yang sudah terungkap maupun belum, keadaan ekspor-impor yang tidak berbanding lurus, ketidakpatuhan pendirian perusahaan milik asing di bidang pertambangan dan perminyakan, dan banyak macamnya.

        Dari segi hukum, politik, dan HAM, kasus-kasus hukum “mata air” mengalir dengan tenang disaat Kasus-kasus “air mata” berceraian tak terurus, Hak Rakyat kecil terampas akibat pembangunan-pembangunan yang tidak diikuti dengan penggantian yang pantas, strategi politik dispatif yang saling menjatuhkan terjadi di lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif. Lembaga-lembaga yang seharusnya berintegrasi untuk kesejahteraan rakyat sudah mulai terpecah belah akibat kepentingan-kepentingan pribadi dan partai politik. Dari segi sosial dan kebudayaan, kesatuan dan persatuan bangsa sedang mengalami disintegrasi akibat persoalan agama, suku, dan etnis tertentu. Krisis jati diri bangsa muncul ketika anak-anak bangsa kedatangan “tamu” budaya negara asing, sebut saja yang paling booming budaya Korea dan Jepang. Berbondong-bondong pemuda-pemudi bangsa meninggalkan perilaku produktif menciptakan prestasi untuk bangsa, menuju perilaku konsumtif pada pola sosial negara lain. Hal ini sebenernya baik jika dibarengi dengan rasa sadar bahwa semakin kita mengenal budaya negara lain, semakin bangga kita dengan budaya negara sendiri dan semakin kuat keinginan kita untuk membawa nama negara secara Internasional.

         Dengan adanya krisis toleransi antar umat beragama, menghancurkan juga kepercayaan kita akan sila pertama dasar negara kita, Pancasila, yang berbunyi “Ketuhanan yang Maha Esa”.Begitu juga sila lainnya, dengan permasalahan-permasalahan yang disebutkan diatas, luntur sudah jiwa Pancasila itu, “Kemanusiaan yang adil dan beradab”, “Persatuan Indonesia”, “Kerakyatan yang dimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan”, dan “keadilan sosial untuk SELURUH rakyat Indonesia”. Mau dibawa kemana bangsa ini?

jika ingin merubah suatu bangsa, ubahlah pemuda nya

         Pemuda-Pemudi bukan hanya orang-orang yang masih belia saja, pemuda-pemudi adalah orang-orang yang berjiwa muda, aktif, dan produktif untuk mewujudkan perubahan yang diinginkan. Kita semua harus sadar bahwa pemuda memiliki peran yang sangat besar dalam pembangunan identitas bangsa. ingat, “perubahan kecil jika dilakukan terus menerus akan membawa perubahan besar.” Perubahan tersebut dimulai dari diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitar. Mengapa diri sendiri? Yup! YEP!ers, semangat nasionalisme itu datang dari sejauh mana YEP!ers mengetahui diri sendiri, selalu belajar dari kesalahan, mau dikritik, dan yang penting adalah harus coba hal-hal baru hingga menemukan “passion” mu. Karena, gak bakal asik kalau bekerja tanpa adanya cita-cita, semangat bahkan perasaan senang :) , kenali budaya dan norma-norma yang hidup di keluarga dan lingkungan sekitar YEP!ers, hiduplah dengan pengalaman-pengalaman yang dapat membuatmu memberikan pelajaran kedepannya. Berikan yang terbaik secara tulus dalam setiap kegiatan sosialmu, untuk satu tujuan, menjadikan bangsa ini lebih baik. Berikan segala kontribusi semaksimal mungkin, bahkan jika 20 tahun lagi negara ini menjadi “negara maju”, didalamnya ada hasil kontribusimu, Bayangkan jika ribuan pemuda-pemudi Indonesia melakukan kegiatan-kegiatan positif dan sustainable hingga 10 tahun mendatang, negara ini akan mengalahkan Amerika Serikat dalam kedudukannya sebagai Negara Maju! Gak mungkin? Mungkin aja, kita pemuda, yang berusaha dan berdoa untuk membuat segalanya menjadi mungkin.
        Di umur yang ke-72 tahun, semoga Bangsa Indonesia makin berhati nurani, memberikan kesejahteraan untuk rakyatnya tanpa terkecuali. Kita, Pemuda-pemudi Indonesia berusaha merubah diri untuk bisa membawa keluarga, lingkungan sosial dan sekitar menjadi lebih baik. Membawa bangsa ini kemerdekaan yang menjadi hak segala bangsa. Memberikan kontribusi terbaik untuk negeri. Jadi, tanya ke diri masing, YEP!ers mau dibawa kemana bangsa ini?




ditulis oleh Vania Laksana Putri/FB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kisah Mbah Soegito, Ditangkap Belanda dan Disiksa Demi Indonesia

Soegito (90), seorang kakek yang tinggal di rumah kuno di Jalan Kesatrian G27 Semarang ini masih ingat betul suara desingan senapan dan te...