***** PAGUYUBAN KELUARGA BESAR PARA PRAJURIT TNI-POLRI PONDOK AFI - SATU HATI SA SATU JIWA SATU KORSA *****

Kamis, 04 Januari 2018

Sangaar !!!...Anggotanya Digantung, Marinir Siap Tenggelamkan Singapura

          Sebagai bentuk penghormatan kepada prajurit yang berjasa bagi bangsa dan negara, TNI AL menamai kapal perangnya dengan nama KRI Usman Harun. Sersan Dua Usman Janatin dan Kopral Harun Said merupakan anggota KKO (Korps Komando Operasi; kini disebut Marinir) yang tewas di tiang gantung Singapura. Pemberian nama Usman Harun kepada kapal perang itu sempat mendapat tentangan keras dari pemerintah Singapura. Menlu Singapura K Shanmugam mengajukan keberatan. Alasannya penamaan kapal perang tersebut akan melukai perasaan rakyat negeri jiran itu.
Usman dan Harun sendiri merupakan anggota satuan elite KKO yang ditugaskan mengebom pusat keramaian di Singapura pada 1965. Setelah tertangkap, keduanya kemudian dieksekusi dengan cara digantung pada 17 Oktober 1968. Digantungnya dua prajurit KKO mengakibatkan aksi demonstrasi terjadi di mana-mana. Rakyat menuntut agar Presiden Soeharto menyatakan perang dengan Singapura. 

Luar Biasa!!....Sang Legenda Kopasus ini Tak Gentar Meski Disiksa Musuh Sampai Kakinya Membusuk dan Berbelatung

       Bila berbicara tentang sejarah dunia militer Indonesia pastilah kita tidak akan kehabisan daftar prajurit-prajurit yang rela berjuang sekuat tenaga demi menjaga kedaulatan NKRI.Namun di antara harumnya nama Soedirman hingga A.H Nasution, masih ada nama-nama lain yang melanjutkan perjuangan mereka.
       Sebut saja salah satunya Kolonel Infanteri Agus Hernoto yang memiliki kisah mengharukan selama bertugas menjadi seorang prajurit. Tak banyak orang yang mengenal sosok pria ini padahal dia rela mengorbankan kaki kirinya untuk diamputasi demi Indonesia.
Karir Agus dimulai dari PETA

Selasa, 02 Januari 2018

Orang Jepang Pembela NKRI


PADA 15 Februari 1958, Presiden Sukarno menyerahkan sebuah teks kepada Shigetada Nishijima untuk disimpan di biara Buddha Shei Shoji di Minatoku, Tokyo. Teks itu berisi kenangan Sukarno kepada dua orang Jepang yang membantu perjuangan Indonesia: Ichiki Tatsuo dan Yoshizumi Tomegoro.

Di biara Buddha itu kemudian dibuat monumen Sukarno (Soekarno hi)bertuliskan: "Kepada sdr. Ichiki Tatsuo dan sdr. Yoshizumi Tomegoro. Kemerdekaan bukanlah milik suatu bangsa saja, tetapi milik semua manusia. Tokyo, 15 Februari 1958. Soekarno."

Ichiki Tatsuo lahir di kota kecil Taraki, prefektur Kumamoto, bagian selatan Kyushu. Dia anak ketiga dari enam bersaudara. Ketika kecil, orangtuanya bercerai, dia ikut ibunya. Ichiki dibesarkan saat Jepang berada pada masa transisi. Kebebasan dan demokrasi selama zaman Taisho (1912-1926) mulai tergerus oleh tekanan militer pada masa Showa (1926-1989). Banyak pemuda desa seperti juga Ichiki bercita-cita mencari kehidupan baru di Amerika Selatan atau Samudra Pasifik bagian selatan, yaitu Asia Tenggara.

Kisah Tentara Jepang 30 Tahun Sembunyi di Hutan

CERITA perang selalu bicara tentang penderitaan dan kepahlawanan. Cerita Teruo Nakamura, tentara Jepang yang bertugas di Kepulauan Morotai, Kepulauan Maluku Utara, Indonesia, mungkin masuk dalam keduanya.

Bagaimana kisah tentara Jepang itu? Cerita Pagi akan mengulasnya. Kisah kepahlawanan itu dimulai saat masa pendudukan Jepang di Indonesia, yang disusul dengan menyerahnya Pemerintah Kolonial Hindia Belanda kepada Jepang, pada 8 Maret 1942.

Nakamaru yang lahir di Taiwan (saat itu Taiwan merupakan wilayah jajahan Jepang), pada 8 Oktober 1919, terkena wajib militer dan menjadi bagian dari Unit Sukarela Takasago Angkatan Darat Kekaisaran Jepang tahun 1943.

Kisah Mbah Soegito, Ditangkap Belanda dan Disiksa Demi Indonesia

Soegito (90), seorang kakek yang tinggal di rumah kuno di Jalan Kesatrian G27 Semarang ini masih ingat betul suara desingan senapan dan teriakan teman-temannya 70 tahun lalu. Kala itu ia ikut bejuang melawan tentara Jepang meski bukan dari kalangan militer.

Saat ditemui di rumahnya, Soegito langsung menyapa dengan ramah. Hanya dengan sedikit kata-kata pembuka obrolan, ia langsung bersemangat menceritakan kebanggaannya bisa turun langsung membela negara. Sejak usia 20 tahun, Soegito sudah memiliki semangat juang, ia dan teman-temannya maju ke medan perang membawa senjata hasil merampas penjajah.

"Saya itu pernah perang di Kroya, ketika masih ada Jenderal Soedirman," kata Soegito saat ditemui detikcom di rumahnya.


Beberapa bulan setelah itu tepatnya 17 Agustus 1945, Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Soegito kala itu mengira perang dengan Belanda maupun Jepang telah berakhir, ternyata Belanda justru kembali dan melakukan agresi.

Angkatan militer dan warga Indonesia kembali berjuang melawan Belanda. Kakek asli Lumajang itu kembali melawan tentara asing di Surabaya. Ia dan kelompoknya bergerilya ke tempat tentara Belanda dan merebut senjata kemudian saling tembak.

Mengenal 3 Sosok Tentara Jepang yang Membantu Indonesia Usir Belanda



Taman Makam Pahlawan Garut yang ada di Kampung Tenjolaya Kelurahan Jayawaras Kecamatan Tarogong Kidul, bukan hanya menjadi tempat istirahat terakhir pejuang Indonesia.Ternyata Taman Makam Pahlawan Garut menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi tiga tentara Jepang yang satu di antaranya berdarah Korea.

Ketiganya dimakamkan di tempat itu karena ikut berjuang bersama rakyat Indonesia menghalau tentara Belanda pada agresi militer Belanda kedua tahun 1948.Ketiganya adalah Yang Chil Seong yang masih berdarah Korea yang dalam nama Jepang disebut Tanagawa, Aoki, serta Hasegawa.Iman Sukirman, penjaga Taman Makam Pahlawan Tenjolaya mengungkapkan, Yang Chil Seong, merupakan seorang prajurit yang ahli dalam membuat bom. Sementara, Aoki dan Hasegawa merupakan ahli strategi perang.

Kisah Samurai Jepang marahi pejuang Indonesia yang pengecut

Rahmat Shigeru Ono adalah mantan tentara Jepang yang kemudian memihak pasukan Indonesia. Dia mengajari para pemuda Indonesia untuk bertempur mempertahankan kemerdekaan dari serangan Belanda.

Kisah Mbah Soegito, Ditangkap Belanda dan Disiksa Demi Indonesia

Soegito (90), seorang kakek yang tinggal di rumah kuno di Jalan Kesatrian G27 Semarang ini masih ingat betul suara desingan senapan dan te...