***** PAGUYUBAN KELUARGA BESAR PARA PRAJURIT TNI-POLRI PONDOK AFI - SATU HATI SA SATU JIWA SATU KORSA *****

Selasa, 07 November 2017

Menelanjangi Kemanusiaan Manusia Lewat ‘BH’



          Apa judulnya cukup menggoda? Maaf. Sengaja. Pasti Anda bertanya-tanya apa gerangan hubungan antara Emha dengan BH. Atau Anda langsung dibikin panas dengan judul itu. Entah tersinggung, tidak terima atau tergoda. Baiklah saya tidak akan berlama-lama menggoda Anda dengan rasa penasaran atau seribu pertanyaan. Akan segera saya jelaskan perihal ‘BH’nya Emha. Saya hanya
sedang akan membahas perihal buku yang baru saja saya baca. Sebuah buku kumpulan cerpen-cerpen karya Emha Ainun Nadjib yang kebetulan memang diberi judul ‘BH’. Judul yang provokatif memang dan sekaligus menjual.

Tidak heran jika mungkin tidak sedikit yang tidak akan setuju sama sekali ketika saya menyebut buku kumpulan cerpen BH ini sebagai sebuah buku pemikiran yang saya rekomendasikan.Tapi maaf saya tidak peduli. Bagi saya buku ini termasuk buku pemikiran yang dikemas secara lebih jujur lewat peristiwa-peristiwa kemanusiaan keseharian dalam bungkus estetis. Setidaknya bagi saya buku ini sudah membikin saya berpikir.

Barangkali diantara kita agak heran “O, Emha punya cerpen juga tho??” Selama ini kita lebih akrab dengan esai-esai sosial budayanya Emha, puisi-puisinya, naskah drama, novel. Di dunia seni panggung Emha dikenal dengan Kiai Kanjengnya serta suaranya diakrabi lewat forum pengajian-pengajian dan sarasehan yang membahas berbagai dimensi kehidupan. Perihal cerpen?? Nah ini yang sering luput dari perhatian kita. Harus diakui bahwa untuk soal ini Emha kurang bagitu produktif. Dan buku ini adalah sebentuk usaha gigih Penerbit Kompas untuk menghimpun ceceran-ceceran cerpen karya Emha yang ditulisnya 1979-1982 yang tersebar di berbagai media massa. Usaha Penerbit Kompas tersebut patut dipuji sehingga memungkinkan kita untuk turut dapat menikmati karya cerpen-cerpen Emha dalam satu buku kumpulan cerpen yang diberi judul ‘BH’ ini.

Apa yang dikisahkan Emha dalam buku ini bukanlah semata-mata perihal BH melulu. Kumpulan cerpen ini memuat 15 judul cerpen. Cerpen BH hanyalah salah satunya. Apa yang menarik dari cerpen-cerpen Emha? Karakter khas tulisan Emha adalah sederhana, bersahaja, dan mengalir. Saya sering membahasakan tulisan Emha dengan sebutan renyah dan gurih. Kesederhanaan bahasanya sangat terkait dengan lingkungan wong cilik, masyarakat yang selama ini dekat dengan kehidupannya. Sebagaimana yang selalu disuarakannya dalam bentu-bentuk produk fakir yang lain-lain, Emha tetaplah Emha yang konsisten menyuarakan berbagai soal kemanusiaan, dan soal kemanusiaan manusia sesungguhnya adalah kepentingan semua manusia juga. Apa yang ia lakukan hanyalah mengajak kita meneropong peristiwa kemanusiaan sehari-hari. Membikin peristiwa yang keseharian itu untuk ditafakuri sehingga kita menjadi tambah mengerti sesuatu setiap menghadapi sepenggal peristiwa. Bagi saya, ia mengajarkan agar jangan meremehkan peristiwa keseharian sekecil atau sesederhana apapun. Intinya lewat kumpulan cerpen ’BH’ Emha mengajak kita berpikir bahwa setiap kejadian keseharian sesederhana apapun merupakan sebuah peristiwa kemanusiaan yang mengandung hikmah yang amat berharga. Seorang pemikir sepatutnya sensitif terhadap peristiwa apapun dalam hidupnya. Karena apapun sepatutnya menjadi hikmah, tanpa perlu banyak membebek pada deretan kutipan-kutipan bijak atau argumen-argumen ilmiah para pemikir yang kesannya ‘complicated’.Akan tetapi menjadikan pengalaman kesehariannya sendiri sebagai ladang dialektika dan sarana menemukan sesuatu dengan mengempiriskanya sendiri. Sederhana saja kok, tapi kadang kita sendiri yang bikin asumsi harus rumit, karena pengen terkesan elit.

Apa yang dilakukan Emha pada cerpen-cerpenya seperti mengajak untuk ngobrol atau berdialektika, merenugi setiap peristiwa atau kejadian dalam cerita yang yang terkesan sngat dekat, akrab, intim dengan diri pembaca seperti halnya peristiwanya sendiri.Emha sangat bersahaja mengolah peristiwa keseharian menjadi sebuah kisah bernuansa reflektif/perenungan. Ia sangat fasih membawa pembaca kepada dialog batiniah. Hal ini sebagai bukti bahwa Emha sangat mendalami suasana batin tokoh-tokoh dalam cerpennya. Dari peristiwa menangis, cerita pelacur, romantika persuami istrian, kewanitaan, eksistensi diri, keresahan hidup, pergulalatan batiniah/pikir, hingga urusan BH dapat dijadikan bahan kontempelasi. Inilah yang kemudian saya sebut Emha sangat menelanjangi kemanusiaan manusia. Semua itu sesungguhnya mengerucut pada yang satu yaitu hanya bersoal tentang kemanusiaan manusia.Segala macam peristiwa dalam berbagai setting kemanusiaan yang beaneka yang tiap-tiapnya pada suatu titik tersentuh sisi kemanusiaanya entah dalam situasi apa, dimana, dalam waktu apa dan dengan cara bagaimana menemukan satu titik kesadaran akan rasa-rasa kemanusiaaanya yang bisa jadi sangat beaneka.Cerpen BH mengajarkan mencintai kemanusiaan manusia, bahwa setiap manusia seperti Niken pada suatu saat memiliki merasakan kehausan rasa kemanusiaan yang menunggu untuk disentuh atau tersentuh oleh manusia lain pada sutu saat memiliki.Apa yang tergambar dalam cerpen BH misalnya adalah sebentuk cinta yang kasih yang tulus dan suci, yang bukan badaniyah, inderawi, atau bukan cinta yang mengikut ego sendiri, tetapi mencintai struktur terdalam kemananusiaan manusia yang punya dimensi fitrahi dan nuansa rahimiyah.

Terlepas dari berbagai pendapat bahwa cerpen-cerpen Emha dianggap kurang lincah dan nikmat, namun bagi saya justru kesahajaan ceritanya (Setting dan peristiwa yang bukan muluk-muluk), kesederhanaan bahasanya, dan kemengaliran ceritanya yang membikin saya merasa dekat dengan peristiwa dalam cerpennya.Cerpen Emha bahkan tidak segan-segan untuk mengajak saya berpikir, berdialektika/berdialog dengan diri sendiri (seperti dalam cerpen berjudul Ambang. Lingkaran Dinding, Seorang Gelandangan, Di Belakangku) Tentang kritik sosial (seperti pada cerpen Padang Kurusetra, Kepala Kampung, Jabatan, Domino).Tentang sentuhan Kemanusiaan (seperti dalam cerpen Tangis, BH, Mimpi Istriku, Terjerembab di Bumi) dlsb yang kesemuamya mengupas tiap potongan peristiwa kemanusiaan keseharian untuk kemudian diambil isinya.

Cerpen-cerpen Emha bagi saya mengajak saya untuk mampu mengurai lautan hikmah dalam tiap laku kemanusiaan kita, lingkungan sekitar kita sesederhana dan sekecil apapun yang sering luput dari perhatian kita dengan senantiasa mengasah kelembutan serta kedalaman rasa dan pikir. Sungguh, setidaknya bagi saya buku Emha yang satu ini adalah juga buku pemikiran. Apapun yang bisa membuat kita berpikir dan menyadari sesuatu yang berharga dari kehidupan.

By Emha Ainun Najib

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kisah Mbah Soegito, Ditangkap Belanda dan Disiksa Demi Indonesia

Soegito (90), seorang kakek yang tinggal di rumah kuno di Jalan Kesatrian G27 Semarang ini masih ingat betul suara desingan senapan dan te...