***** PAGUYUBAN KELUARGA BESAR PARA PRAJURIT TNI-POLRI PONDOK AFI - SATU HATI SA SATU JIWA SATU KORSA *****

Kamis, 10 Agustus 2017

Di balik Tertembaknya Allen Pope Pilot CIA

Kesaksian Saleh Kamah
Tertembaknya pembom B-26 yang diterbangkan agen CIA, Allen Pope, pada masa pergolakan Permesta (1958), masih diselimuti tabir. TNI AU bersikeras, pesawat tersebut rontok dihajar Mustang yang diterbangkan pilot Ignatius Dewanto. Tetapi Muhammad Saleh Kamal, seorang pensiunan wartawan Antara, punya kisah lain. Berikut kesaksiannya.
          Dua Maret 1957, Permesta (Perjuangan Semesta) diproklamasikan di Makassar dengan dukungan 50 orang tokoh militer dan sipil Indonesia Bagian Timur. Berbarengan dengan proklamasi Permesta, Letkol H.N. Ventje Sumual, Panglima Tentara dan Teritorium VII/Indonesia Timur (TT/VII) Wirabuana menyatakan seluruh wilayah TT-VII dalam keadaan darurat perang serta berlakunya Pemerintahan Militer.


          Perundingan-perundingan yang dilakukan antara pemerintah pusat yang dalam hal ini Presiden Soekarno dengan Permesta serta Dewan Banteng (PRRI) di Sumatera tidak mampu menyelesaikan rasa ketidakpuasan daerah-daerah bergolak terhadap kebijaksanaan Pusat yang dianggap sangat merugikan kepentingan (pembangunan) daerah.
          Dengan dukungan Amerika Serikat (AS) awal tahun 1958, tidak kurang 10 pesawat pembom-tempur plus para penerbang bayarannya muncul di wilayah Sulawesi Utara dengan mengambil basis lapangan terbang Mapanget (sekarang Bandara Sam Ratulangi), yang selanjutnya menjadi inti kekuatan militer Permesta. Pada 13 April 1958, lapangan terbang Mandai (sekarang Bandara Hasanuddin) Makassar dibom oleh Angkatan Udara Revolusioner (Aurev) Permesta di bawah pimpinan Mayor Petit Muharto. Menyusul Pelabuhan Donggala, Balikpapan, Ambon, Ternate, dan tempat lainnya menjadi target gempuran. Kapal perang TNI AL RI Hangtuah ­ satu dari empat korvet yang dihibahkan Belanda yang sedang buang sauh di pelabuhan Balikpapan, dibom hingga kemudian tenggelam.

          Letkol Herman Piters, komandan "Operasi Mena I" yang berada di atas kapal pengangkut pasukan RI Sawega punya catatan sebagai berikut: "Sekitar jam tujuh pagi 18 Mei 1958, saat kami sedang bersiap-siap untuk makan pagi, sayup-sayup terdengar bunyi pesawat terbang. Saya yang berada di atas kapal Sawega bersama Mayor Laut Sudomo memerintahkan seluruh pasukan bersiap. Kapal-kapal perang yang dilengkapi peralatan mutakhir (kala itu) bergerak cepat dalam formasi tempur. Kapal pengangkut Sawega dijaga ketat. Berbarengan bunyi pesawat terbang, saya lihat bintik-bintik datang dari balik awan. Saya berteriak pesawat musuh pesawat musuh siap siap. Benar dugaan saya. Dengan kecepatan tinggi, pesawat yang kemudian kami kenal sebagai B-26 muncul sangat rendah.

          Kedatangan pesawat yang tidak punya tanda-tanda itu kami sambut dengan rentetan tembakan. Penangkis serangan udara yang ada di atas kapal perang memuntahkan tembakan-tembakan gencar. Pertempuran udara dan laut berkobar. Sebuah bom yang dijatuhkan dari B-26 meledak pada jarak hanya kira-kira 50 meter dari buritan Sawega. Kapal berguncang.

          Ketika B-26 akan menukik lagi untuk mengadakan serangan tiba-tiba, saya lihat api mengepul di B-26. Terbakar! Dalam keadaan terbakar itu nampak pesawat berusaha untuk naik dan membelok ke arah timur. Namun tidak berhasil, malah jatuh ke laut. Dua parasut muncul dari dalam pesawat yang sedang terbakar. Kami bersorak. Kedua parasut jatuh di sebuah pulau kecil.

          Saya bersama beberapa orang perwira dan prajurit KKO Marinir dengan perahu karet bermotor menuju pulau tempat jatuhnya kedua parasut. Kami temukan dua orang anak buah B-26 yang tertembak. Sesudah diperiksa ternyata seorang berkebangsaan Amerika bernama Allen Lawrence Pope dan seorang lagi berdasarkan dokumen yang dia bawa bernama Pedro kelahiran Davao, Filipina, 1930 (dialah Harry Rantung, kopral AURI di pangkalan Morotai yang kemudian bergabung dengan Permesta).
          Dokumen yang ada di tangan Pope disita. Namun sebuah dompet yang berisi uang dan selembar foto (istrinya) dikembalikan. Dari dokumen yang ada diketahui Pope punya kode 11 (sebelas) sebagai tentara sewaan yang digerakan CIA (Central Intelligence Agency) untuk mengacau Pasifik." Demikian penuturan Piters kepada penulis di Desa Poka, Ambon, 28 Juni 1996.

Kontroversi Soekarno-Allen Pope

          CIA juga pernah kena batunya di Indonesia. Selain tidak bisa menjinakkan bahkan berkali-kali gagal membunuh Presiden Sukarno, CIA dibuat malu dan dipermainkan oleh Presiden Pertama RI itu. Pemicunya adalah tertembaknya pesawat PRRI / Permesta yang ternyata dipiloti oleh Allen Lawrence Pope. Dari dokumen yang disita, terbukti Pope adalah anggola CIA.
          Soekarno memainkan bola panas Pope ini dengan memperdayai dua Presiden AS sekaligus yaitu Eishenhower dan JF Kennedy. Dengan licin Soekarno memelintir keduanya sehingga terpojok dan menukar Pope dengan beberapa keperluan Indonesia. Salah satu di antaranya adalah terbentuknya skadron angkut (pesawat) Hercules bagi TNI AU. Pope yang sempat disidang dan terancam hukuman mati, akhirnya dibebasan diam-diam saat permulaan hari.
·       Sumber :permesta & sejarahperang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kisah Mbah Soegito, Ditangkap Belanda dan Disiksa Demi Indonesia

Soegito (90), seorang kakek yang tinggal di rumah kuno di Jalan Kesatrian G27 Semarang ini masih ingat betul suara desingan senapan dan te...